Anak-anak lebih baik sehari penuh
disekolah, orang tua mereka sibuk, tidak ada waktu untuk mereka. Jadi lebih
baik anak-anak disibukkan disekolah, mereka baru pulang ketika orang tua pulang
kerja. Itu adalah gagasan Mendikbud soal pendidikan. Saya jadi berpikir, ini
Mentri Pendidikan atau Menteri Perindustrian?
Gambaran tentang orang tua yang sangat
sibuk adalah gambaran dikota besar dengan segala kemacetannya, didaerah orang
hidup lebih santai. Apalagi dipedesaan, petani tidak bekerja sampai malam.
Sepertinya menteri ini lupa bahwa 70% lebih masyarakat kita tinggal didesa.
Tapi terlepas dari soal itu, pendidikan
seharusnya memperbanyak interaksi antara anak dan oang tua, bukan
menghilangkannya. Hanya karena kita menyekolahkan anak, tidak berarti tanggung
jawab mendidik anak gugur. Kalau orang tua sibuk, mereka harus didorong untuk
menyisihkan waktu, bukan malah membiarkan mereka jauh dari anak-anak.
Rasanya tidak perlu lagi saya jabarkan
argumen soal pentingnya interaksi dengan anak. Kalau masih ada yang meragukan
hal itu, sebaiknya mereka punya anak dari tabung saja, pakai mesing-mesin
pembiakan. Anak dikandung oleh ibunya, dalam perlindungan ayahnya, kemudian
diasuh oleh keduanya, bersama anggota keluarga yang lain. Itu sistem yang
alami.
Bagi saya, anak harus tumbuh dalam
interaksi yang dekat dengan orang tua. Makanya saya mengkampanyekan konsep
orang tua adalah guru bagi anak-anak mereka. Meski sibuk dengan urusan
pekerjaan, harusnya orang tua menyisihkan waktu untuk mendampingi anak-anak
belajar. Baik saat pulang kerja ataupun akhir pekan. Pada saat pulang,
anak-anak sudah cukup istirahat, siap berinteraksi dengan orang tuanya.
Bayangkan kalau gagasan menteri tadi dilaksanakan, orang tua pulang kerumah,
anak-anak lelah, langsung tidur. Kapan berinteraksi dengan keluarga mereka?
Bagi saya pendidikan bukan sekedar soal
berapa lama anak disekolah, tapi soal bagaimana sekolah membentuk karakter
mereka. Sekolah kita bagi saya sudah sampai pada level yang sangat mengerikan.
Sekolah sudah jadi gudang pelajaran, dengan materi pelajaran bertumpuk tinggi,
menyita ruang interaksi dan kebebasan anak. Sekolah yang itupun masih akan
ditambah lagi dengan berbagai jenis les dan pelajaran agama, seperti gagasan
pak Menteri. Ini sekolah atau pabrik?
visit : airlanggaperbangsa21.blogspot.com
No comments:
Post a Comment